Bismillah..

Menulis bagi saya adalah pelampiasan, dari penat kata-kata yang berdesakan memenuhi kepala..
Kata-kata yang terkadang tak ada yang ingin mendengar..

Kata-kata yang semoga saja memiliki makna.. :)

Wednesday, July 8, 2009

Catatan Pendakian Gunung Gede 9-11 April 2009

Bismillaah..

Setelah beberapa bulan persiapan, akhirnya tiba juga hari yang kami nanti, 8April 2009, hari ini kami akan berangkat ke TNGP Cibodas, yang akan menjadi start point dari pendakian perdana bagi mayoritas dari kami..
Kami berencana berangkat dari terminal kampung rambutan malam itu, tapi karena beberapa halangan(i.e. Me n Dee yang telat karena harus packing logistic untuk banyak orang plus bawa 2 tenda dan perlengkapan pribadi etc berdua saja.. Ino dan Frodo *anjing2 penjaga kost Dee* yang sedikit menghambat kami keluar kost *saya takut anjing, dan saya rasa anjing pun juga takut sama saya hehe*, bus yang tidak lewat jalur puncak karena macet long weekend, etc) akhirnya kami baru bisa berangkat pada pukul 1 dinihari 9April 2009 dengan bus yang penuh sesak. Kami tiba di Cibodas pada pukul 2.30 pagi, lalu perjalanan kami lanjutkan dengan menyewa mobil pick up menuju warung mang Idi.. Bayangkan!! Pukul 2.30 dinihari di Cibodas naik pick-up!!! Brrrr dingin sangat!

Sesampainya di warung mang Idi, kami mempacking ulang barang-barang bawaan kami,makan, minum, dan berbaring sebentar.. kami berencana mulai bergerak mendaki gunung gede ba'da subuh.. Malam itu tak ada satupun diantara kami yang tidur, kalopun ada yang sempat tertidur, saya rasa tidak sampai 1jam. selain karena waktu yang sempit, mungkin juga karena kami over excited..

Pendakianpun dimulai...
Subuh kami bangun, sholat, sarapan dan santai menikmati suasana pagi di Cibodas sejenak.. Tepat pukul 6.00 pagi, pendakian pun di mulai.. setelah berdoa dan pamit pada mang Idi, kamipun maju jalan menuju Pos pemeriksaan TNGP, setelah mencatatkan diri, kami melanjutkan perjalanan..

Suasana khas hutan langsung kami temui, jejeran pohon raja hutan yang tinggi menjulang menyambut kami. . Juga pohon markisa hutan yang merupakan makanan bagi habitat Owa Jawa juga kami temui sepanjang trek yang masih sangat ringan, dengan tanjakan-tanjakan yang tersusun rapi dari bebatuan. Tapi.. justru disinilah salah satu trek terberat bagi saya.. bukan hanya karena nafas saya yang sangat pendek karena jarang beraktifitas fisik yang berat, tapi juga karena rasa percaya diri saya yang saat itu hampir berada di titik nol..

Masih teringat jelas dalam ingatan saya perjalanan perjalanan kami sebelumnya yang hanya sampai di telaga biru.. (according to teman saya Vinuzz, it was ONLY 1% from the whole journey!!) *faint*
Saya hampir saja menyerah, kalau tidak untuk menjaga perasaan teman-teman saya, kalau tidak teringat semua usaha kami untuk mewujudkan event ini, kalau tidak ingat bahwa segala rintangan dapat dilewati dengan support teman-teman dan dengan do'a, mungkin saat itu juga saya akan memutuskan untuk kembali ke warung mang Idi, duduk manis menunggu disana.

Akhirnya saya memutuskan untuk tetap melanjutkan pendakian, karena Dee bilang, kalo 1orang turun, itu berarti seluruh team juga akan turun.. Wew! begitulah solidaritas para pendaki.. (semoga Allah menjaga kami semua..) walau dengan terengah-engah akhirnya sampai juga di shelter Telaga Biru, kami istirahat dan berfoto-foto disini. .

Perjalanan kami lanjutkan ke shelter berikutnya, trek agak basah karena dilalui saluran air kecil di sebelah kiri.. Sampai kami melewati jembatan kayu tua (Rawa Gayongnyong) yang dulunya adalah bekas kawah mati yang sekarang penug ditumbuhi pohon gayongnyong dan bunga terompet. Menurut papan informasi, jembatan ini adalah wilayah jelajah macan tutul jawa.. aauuumm... hehehe

Kami Sempat bernarsis narsis ria disini, sebelum akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke shelter Panyangcangan Kuda. Lagi-lagi kami beristirahat dan bahkan sempat memasak air dan membuat minuman hangat disini, kami juga berpapasan dengan para pendaki lain. FYI, shelter panyangcangan ini adalah batas pemisah antara trek "ringan" dan trek yang mulai "agak serius".. Dari shelter Panyangcangan apabila kita mengambil jalur kanan yang menurun, kita akan sampai di ar terjun CiBeureum.. Sedangkan jika kita mengambil jalur kiri yang menanjak ke arah puncak dengan trek yang mulai "serius". Mulai banyak jalur tanah, kalaupun masih ada jalur batu, tidak tersusun serapi trek sebelumnya, dan juga tidak selandai trek sebelumnya.. shelter-sgelter selanjutnya kami lalui dengan mulus (kecuali saya, yang terengah-engah mencoba menarik lebih banyak oksigen ke paru-paru saya) shelter Rawa Denok1, Rawa Denok2, dan Rawa Denok3, Batu Kukus1,2,dan 3.. Dari seluruh shelter yang saya sebutkan, entah kenapa perjalanan dari Batu Kukus 3 ke Shelter Air Panas yang terasa paling panjang.. Saya berulangkali bertanyapada Vinuzz dan Dee, "masih jauh ga Vin?" "masih jauh ga Dee?".. Jawaban mereka kompak banget.. "Deket", hehehe mungkin deket kalo digambar peta jalur.. :D

Shelter Air Panas
Setelah countless pertanyaan "masih jauh ga?" akhirnya kami mulai menapaki jalur berair, pertanda mata air sudah dekat.. Alhamdulillaah.. menjelang tengah hari kami sampai di Shelter Air Panas..
Ini adalah spot paling berbahaya di jalur Cibodas, jalur berbatu sepanjang kurang lebih 30M dan selebar 1M yang dialiri air panas yang bisa mencapai suhu 70"C dari tebing di sebelah kiri dan jurang sedalam kurang lebih 50M di sebelah kanan. Pijakan kami adalah batu-batu berlumut yang sangat licin, dan satu-satunya alat pengaman adalah tambang baja yang sudah mulai mengelupas., bisa melukai tangan orang yang tidak menggunakan sarung tangan! harus ekdtra hati-hati ketika melalui jalur ini. Walaupun sulit dilewati, sesudah jalur berbahaya itu adalah tempat yang indah dan cukup nyaman untuk beristirahat. Ini adalah shelter favorit saya, kami sholat memasak dan membuat minuman panas disini, kamipun beristirahat sangat lama karena ketika kami berniat melanjutkan perjalanan, hujan yang cukup deras mengguyur sampai menjelang sore, lalu turun kabut tebal sehingga kami akhirnya memutuskan untuk bermalam disini.. Pupus rencana kami yang sebelumnya berniat menginap di kandang badak supaya esok dini hari bisa melanjutkan pendakian demi mengejar sunrise.. Qadarallaah..

Tenda-tenda didirikan di dekat lokasi eks WC, yup "Gerbang Batu Berlubang" yang sempat membuat saya kejedot 2kali :D Entah teman-teman yang lain.. Setelah makan malam yang nikmat sangat :p dengan menu bubur nasi telur kreasi our chef, Dwi, atau Mamake, atau Mrs.Dephe (karena telur yang dibawanya dalam beras pecah, ssst, ini rahasia yah :P hehe), Menu lainnya adalah mie sosis dan orek tempe (minimalis tapi nikmat).
Setelah makan, pastinya ngantuk menyerang, saatnya tidur. Alhamdulillaah, lokasi kami berkemah malam itu sangat nyaman, selain karena terlindungi semak, juga posisi tanahnya datar, hingga saya bisa tidur nyenyak senyenyak-nyenyaknya alhamdulillaah.. :D sepertinya yang lainpun sama..

Jam 2 pagi, Team Leader kami Vinuzz membangunkan kami untuk melanjutkan pendakian, tapi kami ibu-ibu masih ngantuk, kami bilang, lanjut besok pagi aja... ZzZzZz..

Menuju Kandang Badak
Pagi di Shelter Air Panas sangat indah, dingin sih, tapi tetap aja kami semua semangat! Setelah sarapan dan packing, kami maju jalan tepat pukul 8pagi.. Dari Shelter Air Panas menuju Kandang Badak kami harus melalui beberapa shelter, antara lain, shelter kandang batu dan shelter air terjun dinding merah (sebut saja demikian karena saya lupa nama air terjunnya)

Setelah shelter kandang batu, kami sempat tersesat. Kami mengikuti jalur sungai di sebelah kiri, yang di luar dugaan saya, ternyata sangat sulit dilalui. Bebatuannya sangat terjal, sampai kadang kami harus menceburkan kaki ke air, tentu sangat merepotkan bagi yang memakai full hiking shoes seperti saya dan Uchiet. Syukur Alhamdulillaah sebelum terlalu jauh tersesat, Dee dan Vinuzz menyadari bahwa kami salah jalan dan sedang menyusuri jalur sungai, padahal seharusnya kami hanya menyeberangi sungai. Kamipun berbalik arah kembali menuju shelter Kandang Batu. Dari sini kami melihat pendaki lain lalu mengikuti arah mereka. Akhirnya kami sampai di Shelter Air Terjun Merah, setelah melalui jalur sepit seperti parit yang tanjakannya tinggi-tinggi. Di jalur ini kami harus menepi dan berhenti bila berpapasan dengan pendaki-pendaki yang turun. tak jarang kami mempersilahkan pendaki-pendaki yang mengantri di belakang kami untuk lewat duluan.. (WanaLeSa gitu looh :P)

Setelah melewati Air Terjun Merah, perjalanan ke kandang badak relatif lebih mudah dan ringan. Sayapun sangat "menikmati" pendakian walau mungkin agak kebablasan, hingga jadwal kami sangat molor, saking terlalu santai dan memanjakan diri dengan banyak sekali istirahat. Sesampainya di Kandang Badak, kami istirahat dan berfoto. Saat itu keadaan Shelter Kandang Badak sangat ramai, seperti monas di minggu sore. Setelah mereload persediaan air, pendakianpun kami lanjutkan.

Kandang Badak - Tanjakan Setan
Trek dari Kandang Batu ke Tanjakan Setan sangat "memaksa" saya untuk lebih menyatu dengan alam. Tidak lagi memilih-milih batu tanpa lumut untuk di duduki, tidak lagi merasa jijik memegang batang kayu lapuk termakan jamur :). Di jalur ini pula saya terpisah dari rombongan kecil saya (Dee, Vinuzz, Mario). Awalnya hanya mengikuti saran Dee untuk berbelok dijalur yang lebih landai disebelah kanan, ternyata oh ternyata, itu adalah jalur terpisah yang lebih panjang dan jarang di lalui para pendaki (terlihat dari tebalnya lumut di batu-batu dan pohon-pohon tumbang yang harus saya loncati). Alhamdulillah setelah tersesat saya masih dapat mendengar suara teman-teman saya. akhirnya kamipun bersahut-sahutan sambil tetap menyusuri jalur dan berharap ada sambungan jalur di depan. Tapi ternyata tetap tidak ada dan suara teman-teman saya mulai menjauh, saya mulai khawatir dan akhirnya memutuskan untuk berbalik arah, tapi karena terlalu jauh untuk menyusuri jalur sebelumnya, trerpaksa saya menerobos vegetasi lebat yang memisahkan 2 jalur tersebut. Beberapa kali saya terjatuh karena harus menapak di kayu berlumut, akhirnya saya mundur sampai seorang teman datang menjemput untuk menerobos lagi. Walau lecet-lecet terkena duri dan ranting, akhirnya berhasil juga alhamdulillaah. Perjalanan kami lanjutkan sampai kami tiba di Tanjakan Setan. Dinamakan demikian karena tanjakan ini sangat curam, kurang lebih 85". Untuk melewatinya kita harus berpegang pada tambang-tambang baja. Saya hampir saja naik sebelum akhirnya memutuskan untuk turun lagi dan lewat jalur kiri yang memutar, walau tanjakannya lumayan sangat tajam, tapi jauh lebih aman. Hanya saya dan Dee yang melewati jalur kiri ini, dan dijalur kiri ini kami berhenti sangat lama untuk *sensor, urusan wanita, hehe*

Tanjakan Setan - Puncak
Vegetasi dijalur ini mulai jarang, dan pepohonannya pun tidak terlalu tinggi. Didominasi pohon Cantigy yang cantik, yang berpucuk daun warna merah menawan. Saya terkagum-kagum melihat gunung pangrango darisana, Subhanallaah.. Indah Sangat! Makin terpacu semangat saya untuk segera mencapai puncak Gede, tapi semangat hanya tinggal semangat. Saya mulai lelah mendaki, apalagi semakin dekat dengan puncak, semakin tinggi dan tajam tiap tanjakan yang harus kami lalui. Kalau tidak pandai-pandai menghemat tenaga, bisa terkuras habis disini. Beberapa kali saya menanyai pendaki yang turun, "Apa puncak masih jauh?" "Dah dekat" jawab mereka, sambil menyemangati kami, lagi-lagi saya salut dengan solidaritas para pendaki. Beberapa diantara pendaki yang turun menyampaikan pesan dari trio kwek kwek (Uchiet, Dody and Rony) 3orang yang jalannya paling cepat, mereka sudah sampai puncak!! Tertatih-tatih, kami terus menanjak, puncak tak kunjung terlihat, sedangkan waktu sudah menunjukan pukul 4 sore, saat itu hanya ada saya, Dee, dan Mario. Vinuzz sudah pergi duluan menyusul yang lain.

Kabut mulai turun, saya mulai patah semangat, saya freaked out melihat kabut yang makin tebal, kabut yang seperti mengejar kami. Dimana teman-teman saya yang lain? ahh.. apa mereka menunggu di puncak? atau langsung turun ke Surya Kencana untuk mendirikan tenda? lamaaa sekali tak ada yang lewat, apa kami pendaki yang paling akhir sampai puncak? Subhanallaah.. pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi kepala saya. Perasaanpun bercampur aduk sampai saya tak kuat lagi menahan tangis, hehe lebay banget yah.. tapi itulah adanya.. Thank God i was with Dee n Mario.. dunno what would happen to me if they were not with me..

Setelah Dee menyemangati, perlahan tapi pasti saya mulai mendaki lagi, hingga akhirnya kami sampai dipuncak! ternyata oh ternyata, tempat saya menangis tadi, hanya kurang 100Meter dari puncak!! WEW!

Jalur dipuncak adalah pasir dan batu, harus hati-hati karena angin cukup kencang.. disisi kanan ada jurang dan disisi kiri ada kawah kawah yang masih aktif.. Subhanallah.. Indaaaaah bgt.. tak henti-hentinya kami memuji Allah melihat pemandangan indah yang terhampar sejauh mata memandang.. walau ga lama, karena kabut cepat naik dan pandangan kami terhalang kabut.. setelah sholat di balik rimbun Cantigy dan mendokumentasikan moment pertama kami diatas puncak gunung, kamipun mulai turun ke Surya Kencana menjelang maghrib. Dody dan Rony, 2 jagoan kami telah turun duluan untuk mendirikan tenda. Ditengah perjalanan, kami menyadari ada yang hilang, Uchiet!

Ternyata trek dari puncak Gede ke Alun-alun SK (Surya Kencana) sangat terjal dan curam. ini tentu menghambat kami yang sudah kehabisan tenaga, belum lagi kondisi jalur yang gelap gulita dan hanya ada 2 senter karena senter senter yang lain terbawa di carrier Dody dan Rony, akhirnya kamipun berjalan bergantian..

Surya Kencana
Setelah menuruni batu batu curam selama kurang lebih 20menit (that felt like forever) kami sampai di SK, padang savana seluas mata memandang, diapit Puncak Gunung Gede dan Gunung Gemuruh, serta diapit cakrawala di sisi timur dan barat.. Subhanallaah.. Indaah.. Setelah tersadar dari kekaguman sesaat, kami mulai bingung mencari tenda-tenda kami.

Roniiiiiiiiiiii...!! Dodiiiiiiiii!! Uchiiieeeet!! 3nama itu yang kami teriakan, sampai Rony menjawab.. ahh.. Lega rasanya.. Alhamdulillah..

Setelah membongkar carrier dan ransel-ransel kami, kami sholat lalu masak.. (Lapaaaaar, belum makan sejak pagi) Dinginpun sangat menggigit, menusuk tulang (Suhu di SK biasanya antara 2-5derajat di malam hari)

Disini, Dee ngerjain kami semua yang newbie (especially me and Uchiet) Dee bilang, jangan pake jaket sekarang biar nanti malam hangat.. Jadilah saya yang biasanya paling kuat menahan dingin diantara teman-teman juga ikut menggigil. (GRRRRR Dee, u gonna pay for this, i promise :P )

Setelah dinner, kami rapat dan tidur pada tengah malam.. Lembah Surya Kencana diselimuti kabut tebal, dan posisi tenda perempuan sangat tidak nyaman sekali, selain karena tidak ada semak-semak untuk menghalangi angin, tanahnyapun tidak datar, dan sepertinya saya yang paling tersiksa :P bayangkan saja, sepanjang malam posisi badan sebelah kiri saya lebih tinggi dari yang sebelah kanan. hehe.. hasilnya sleeping bag saya melorot-lorot terus dan saya terbangun beberapa kali. dan yang terakhir, saya terbangun karena ada hidung yang mendorong-dorong tenda, ntah hidung apa, tapi saya rasa itu hidung babi hutan.. Tak heran, karena sisa makanan kami malam tadi memang disimpan di tenda perempuan!! hiiiiiiiiiiiiii...

Pagi terindah di Surya Kencana
Kami bangun pagi itu dengan malas-malasan (Kecuali Dwi dan Vinuzz yang udah buat sarapan pagi) mungkin yang lain juga, ntah deh, saya bangun telat, tapi ga setelat Dee.. :P Bahkan Our Heroes Dody n Rony pun membatalkan rencana mereka melihat sunrise di puncak Gede (Mungkin malas harus bolak-balik SK-Puncak SK-Puncak lagi, Manusiawi :D)

Setelah sarapan kami nan nikmat matang, kami makan sambil mengagumi suasana pgi di SK.. Indaaah.. Damaaaaii.. Dingin udara dan hangat mentari yang baru terbit benar benar "ngeblend" dengan padang savana luas yang dipenuhi pohon Edelweys nan menawan.. Ahhh.. Maha Suci Allah.. Susah digambarkan keindahannya dengan kata-kata. Siapapun yang pernah ke SK dan "menikmati" suasana dan damainya pasti insya Allah setuju dengan saya :D
to me, SK itu a perfect honeymoon destination.. hehehe :D (Nyindir Hermawan dan Dwi, pengantin baru 3 hari yang ikut pendakian kami) lol

Matahari makin meninggi.. saatnya packing dan turun gunung.. tapi kenyataannya.. Kami malah menanjak lagi ke Puncak.. Ya.. Kami memang harus meleati Puncak lagi untuk turun gunung karena kami memang harus turun via jalur kami naik.. Lagi-lagi disini saya menangis, sebenarnya hanya karena saya "BT" liat trek yang menanjak banget, dan juga karena panik, karena rasanya seluruh darah dalam tubuh saya lari ke kepala, ketakutan terbesar saya saat itu adalah, saya takut menyusahkan teman-teman! :(

Setelah rehat sebentar kamipun mulai naik ke puncak, dan surprise!!! ternyata hampir semua orang ngos-ngosan.. bukan hanya saya sendiri.. hehehe (kesannya koq seneng liat orang lain menderita yah?) LOL

Sesampainya di puncak Gede, kami istirahat lama sekaligus menikmati keindahan Puncak Gede. kurang lebih pukul 11 kami mulai turun.. Alhamdulillah perjalanan turun amat menyenangkan.. kami hanya beristirahat di shelter Kandang Badak dan kamipun turun dengan "ngebut" karena ingin sampai di cibodas sebelum malam. tapi Qadarallaah.. terjkadi kecelakaan pada salah seorang teman kami, Mario, dia terjatuh ke air terjun merah..semua sempat panik, tapi Alhamdulillah dia tidak apa-apa, hanya memar dan sedikit terkilir. Jadilah air terjun merah tempat istirahat kami yang kedua.. kami sholat dan beristirahat agak lama disini, kemudian perjalananpun dilanjutkan. kami terus berjalan nonstop selama kurang lebih 4 jam, melewati shelter Air panas, Rawa denok 3,2,1 dan Batu Kukus 3,2,1.. Shelter Air Panas saya lewati dengan menceburkan kaki ke Air Panas, karena kaki melepuh jauh lebih aman daripada harus melewati batu berlumut nan licin di tepi jurang dengan kondisi tubuh yang sangat lelah!

kami baru berenti di shelter panyangcangan Kuda ba'da maghrib. itupun karena banyak pendaki lain dan senter kami hanya ada 1senter untuk 2 orang. Subhanallaah, walau tepar, kami lega bisa sampai di shelter panyangcangan, entah energi darimana kalau bukan karena pertolongan Allah semata, hingga kami kuat terus berjalan.

Semakin dekat dengan pos TNGP tubuh semakin manja, kami semakin tepar, walau dengan tertatih-tatih, kami kembali ke peradaban Alhamdulillaah..

Setelah melaporkan dan menyerahkan tanda keluar TNGP, kami menuju mang Idi.. Bahagiaaaaaaaa sekaliiii rasanya melihat warung mang Idi.. Walaupun kaki melepuh dan saya harus berpegang pada meja dan dinding hanya untuk ke kamar mandi, saya bahagia, setidaknya terlaksana juga event yang telah lama kami rencanakan ini.. walau banyak orang meragukan kemampuan kami.. Subhanallaahi wa bihamdih..

Semoga persahabatan kami senantiasa terjaga dan bisa bertemu kembali di puncak-puncak gunung yang lain insya Allah.. :)

Warung Mang Idi, Cibodas 23rd of June 2009 - My Bedroom, Jakarta 7th of July 2009

Thanks for reading my longest blog post ever!

~Mendaki gunung bukanlah tentang menaklukan alam, tapi tentang bersahabat dengan alam, dengan segala unsur yang ada di dalamnya, sesuatu yang kau taklukan mungkin saja membunuhmu, tapi sahabat, insya Allah akan melindungimu~ Tiara Al-Haidar

5 comments:

Anonymous said...

Gede Pangrango?

>.<"
ingin sekali naik ke atas sana... :)

Tiara Ratih said...

hayuk next trip ikut :)

Ali Subarkah said...

Nice journey..

Raih Geulis Sukses said...

Kpan ngadain lg mba? ? Hehe sayang nenk penakut hehe

Anonymous said...

ayo desember ling?? qta ulangi lg jalur yg sdh qta "marking" hehehehe....
sssttt...